Peta Dunia Pertama Kali Dibuat: Jejak Awal Kartografi Manusia

Peta dunia adalah cerminan visual dari planet tempat kita tinggal. Namun, sebelum teknologi satelit dan perangkat digital, manusia telah lama mencoba memahami dan menggambarkan dunia melalui media peta.

Artikel ini akan mengungkap sejarah peta dunia pertama kali dibuat, evolusi kartografi, serta tokoh dan peradaban yang berperan penting dalam menciptakan gambaran bumi yang kita kenal sekarang.

Awal Mula Konsep Pemetaan

Awal Mula Konsep PemetaanKonsep peta bukanlah sesuatu yang baru. Sejak zaman prasejarah, manusia sudah mulai menggambarkan lingkungan sekitarnya dalam bentuk simbol dan goresan.

Bukti tertua dari praktik ini ditemukan dalam bentuk lukisan di dinding gua dan ukiran batu yang menunjukkan jalur sungai, pegunungan, atau tempat berburu.

Meski tidak disebut “peta” secara formal, ini adalah bentuk awal kartografi — ilmu dan seni menggambar peta.

Salah satu peta tertua yang diketahui berasal dari sekitar tahun 2300 SM, dikenal sebagai Peta Babilonia atau Imago Mundi.

Peta ini digambarkan pada sebuah lempengan tanah liat dan ditemukan di Sippar, Mesopotamia (sekarang Irak).

Peta tersebut tidak menggambarkan dunia seperti yang kita pahami sekarang, melainkan representasi kosmologis dengan Babilonia di pusatnya, dikelilingi oleh sungai dan wilayah lain yang dilambangkan secara simbolik.

Tokoh Kartografi Kuno yang Berpengaruh

AnaximanderPerkembangan peta dunia tidak terlepas dari tokoh-tokoh besar di dunia kuno. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Anaximander dari Yunani (sekitar 610–546 SM).

Ia dikenal sebagai orang pertama yang mencoba menggambar peta dunia yang tidak bersifat mitologis, tetapi berdasarkan observasi geografis.

Anaximander meyakini bahwa bumi berbentuk silinder dan dikelilingi oleh laut, dan peta yang ia buat mencerminkan pandangan tersebut.

Kemudian, Hecataeus dari Miletus (sekitar 500 SM) membuat peta dunia yang lebih rinci berdasarkan laporan para pelaut dan penjelajah.

Namun, peta paling terkenal dari dunia kuno berasal dari Claudius Ptolemaeus atau Ptolemy, seorang astronom dan geografer asal Alexandria, Mesir, pada abad ke-2 Masehi.

Dalam karya monumentalnya, Geographia, Ptolemy memperkenalkan sistem koordinat lintang dan bujur serta metode proyeksi peta yang masih digunakan hingga kini.

Ia menciptakan peta dunia dengan ribuan nama tempat yang dikumpulkan dari laporan para pedagang dan penjelajah.

Meski tidak akurat menurut standar modern, karya Ptolemy menjadi dasar kartografi dunia selama lebih dari seribu tahun.

Peta Dunia di Abad Pertengahan

Peta Dunia di Abad PertengahanPada Abad Pertengahan, peta dunia mulai dipengaruhi oleh pandangan keagamaan dan mitologi.

Di Eropa, banyak peta bergaya T dan O yang menunjukkan dunia sebagai lingkaran dengan Jerusalem di tengah, dibagi menjadi tiga bagian besar: Asia, Eropa, dan Afrika. Meski minim akurasi geografis, peta ini menggambarkan bagaimana masyarakat saat itu memandang dunia dari perspektif spiritual.

Namun, di dunia Islam, kartografi berkembang secara ilmiah. Ilmuwan seperti Al-Idrisi pada abad ke-12 membuat peta dunia berdasarkan laporan perjalanan dan pengamatan astronomis.

Karyanya, Tabula Rogeriana, disusun untuk Raja Roger II dari Sisilia dan menggambarkan dunia dengan detail luar biasa, termasuk daratan Eropa, Afrika, dan Asia.

Menariknya, peta ini digambar dengan selatan di atas, sesuai kebiasaan ilmuwan Muslim kala itu.

Era Penjelajahan dan Peta Modern

Peta dunia mengalami lonjakan besar dalam akurasi dan cakupan selama Era Penjelajahan (abad ke-15 hingga ke-17).

Penjelajah seperti Christopher Columbus, Vasco da Gama, dan Ferdinand Magellan membawa serta kartografer untuk mencatat wilayah baru yang ditemukan.

Tokoh penting dalam masa ini adalah Gerardus Mercator, kartografer asal Flandria (sekarang Belgia).

Pada tahun 1569, ia memperkenalkan proyeksi Mercator, sistem proyeksi peta yang memungkinkan pelaut menggambar rute navigasi lurus di atas permukaan bumi.

Meskipun proyeksi ini mengubah ukuran wilayah (misalnya, membuat Greenland tampak lebih besar dari Afrika), sistem ini masih digunakan hingga kini dalam navigasi laut.

Seiring berkembangnya teknologi seperti kompas, teleskop, dan kemudian satelit, peta dunia menjadi semakin akurat.

Google Earth dan sistem GPS modern saat ini adalah hasil evolusi panjang dari keinginan manusia untuk memetakan dunia.

Kesimpulan: Peta sebagai Cermin Peradaban

Sejarah pembuatan peta dunia menunjukkan bahwa peta tidak hanya alat untuk navigasi, tetapi juga cerminan bagaimana manusia memandang dunia dan tempat mereka di dalamnya.

Dari ukiran tanah liat Babilonia hingga peta digital masa kini, kartografi adalah perpaduan antara ilmu, seni, dan budaya.

Dengan terus berkembangnya teknologi, masa depan peta tidak hanya akan mencakup permukaan bumi, tetapi juga mungkin memperluas cakupan ke luar angkasa.

Namun, jejak pertama peta dunia tetap menjadi fondasi dari perjalanan panjang pemahaman manusia tentang bumi.